Pada tahun 770-446 sebelum masehi, Layang-layang adalah sebuah alat komunikasi yang amat penting bagi setiap penduduk yang ada di daratan China. Layang-layang juga pernah menghentikan perang antara Chu-Han. Pada waktu itu perang meletus di wilayah Han pada tahun 203-202 sebelum masehi. Hal ini menyebabkan banyak anak yang menjadi yatim piatu, serta banyak tentara yang kehilangan sanak keluarganya. Mengetahui hal ini, seluruh rakyat mendesak pemerintahan Kaisar Han untuk segera menghentikan pemberontakan Chu. Panglima Zhang Liang adalah yang bertanggung jawab terhadap nasib seluruh prajurit dan rakyat. Karena terus didesak oleh kaisar, Zhang Liang merasa tidak tenang. Ketika tidur, ia mengingat akan ajaran ayahnya yang mengajarinya cara membuat layang-layang. Ayah Zhang Liang pernah berkata layang-layang adalah lambang leluhur. Karena dengan menerbangkan layang-layang, maka kita berarti menghormati leluhur dan bermaksud mengantar arwah leluhur ke khayangan (konteks ini berarti mengingat akan kampung halaman). Awalnya Zhang Liang tidak percaya akan mimpinya itu, sehingga keesokkan harinya ia harus kembali berperang melawan pemberontak Chu yang dipimpin oleh Xiang Yu. Tetapi, ditengah medan perang, sebuah layang-layang terbang melintas terbawa angin. Semua prajurit Chu yang siap berperang langsung menjatuhkan senjatanya. Karena mereka mengingat kampung halamannya. Dahulu bila prajurit mengingat kampung halamannya disaat hampir berperang, maka itu artinya prajurit itu tidak boleh berperang. Kalaupun berperang maka pasti akan kalah walaupun musuh hanya ada 1. Semua prajurit pemberontak mundur. Hal ini membuat Xiang Yu sangat marah. Saking marahnya dia sampai mengoyak lehernya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar